cost per use

Demi Terhindar dari Buang-buang Uang, Coba Terapkan Cost Per Use Saat Belanja

Awal bulan memang saat yang tepat untuk tergoda dengan berbagai macam tawaran yang diberikan oleh berbagai macam toko online maupun offline. Apalagi kalau ada diskon besar-besaran, bisa jadi kamu kalap berbelanja. Setelah itu, kamu memakai barang tersebut, satu hari, dua hari hingga berminggu-minggu, lalu kamu baru sadar kalau kamu sudah boros dan kamu sudah bosan memakai barang-barang tersebut.

Jika kamu terus melakukan hal ini, bisa-bisa kamu lebih banyak spending daripada saving. Memang, jiwa muda masih lebih tinggi memikirkan apa yang diinginkan dibanding yang dibutuhkan. Namun, jika tidak dari sekarang memikirkan masa depan keuangan kamu, dan mengatur gaya hidup, bisa-bisa kamu bisa kelabakan. 

Oleh karena itu, mungkin konsep “cost per use” bisa kamu terapkan setiap ingin membeli barang. Walaupun terkesan ‘ribet’ banget, selalu ngitung-ngitung biaya pemakaian, tetapi cara ini cukup ampuh agar setiap spending kamu selalu bersifat produktif.

Definisi Cost Per Use

Cost per use sejatinya adalah memperhitungkan berapa banyak biaya yang akan kamu keluarkan pada setiap pemakaian barang. Contoh, kamu membeli handphone HP merek A yang keluar pada akhir tahun 2019 dengan harga Rp11 jutaan yang ada di pasaran e-commerce. Berdasarkan penelitian baru oleh Horace Dediu, analis asal Asymco, usia pemakaian handphone ini kira-kira 4 tahun, dan bisa berlanjut hingga 6 tahun. Jika Anda memakai handphone ini sekitar 5 tahun, maka cost per use handphone kamu Rp11 juta dibagi 5 tahun atau 1.825 hari, sama dengan Rp6 ribu per hari.

Apalagi kalau kamu membeli HP itu pakai Kredivo, lebih untung lagi. Ketika kamu berniat untuk memakai barang tersebut sekitar 5 tahun, kamu gak perlu repot-repot merogoh kocek yang dalam di awal. Kamu bisa mencicil sesuai kemampuan dengan bunga yang rendah. Jadi, gak perlu khawatir cash flow jadi berantakan.

Baca Juga:  Memperingati Hari Pahlawan, Yuk Kenalan dengan 4 Pahlawan Keuangan Indonesia

Nah, coba bandingkan jika Anda memakai HP merek B dengan harga yang sama, dimana usia pemakaian handphone tersebut hanya bertahan 3 tahun hingga 5 tahun saja. Jadi cost per use handphone Android flagship kamu Rp11 juta dibagi 4 tahun atau 1.460 Rp7,5 ribu per hari. Bisa dibilang lebih efektif membeli iPhone bukan?

Menghitung cost per use pada belanja bulanan juga sangat berguna. Misalnya, jika kamu membeli pasta gigi kecil seharga Rp7.000 dapat digunakan untuk satu bulan, Rp7.000 dibagi 30 = Rp234 per hari. Pasta gigi besar seharga Rp12.000 dapat digunakan untuk 2 bulan, Rp12.000 dibagi 60 = Rp200 per hari. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa membeli ukuran lebih besar dengan selisih harga yang tidak terlalu jauh, dapat menghemat “cost per use” dari pasta gigi yang kita gunakan.

Tidak Berlaku untuk Makanan Siap Saji

Nah, untuk barang yang siap konsumsi, kamu harus memperhitungkan kadaluarsa dan ketahanan makanan tersebut. Jadi, kamu tidak bisa memperhitungkan cost per use pada makanan siap saji, karena jika kamu membeli makanan siap saji dalam jumlah besar, bisa-bisa di tengah jalan makanan tersebut sudah kadaluarsa. Hal ini malah membuat kamu buntung dan kehilangan untung.

Agar terlihat lebih produktif, lebih baik gunakan cara meal proportion, misalnya dengan cara membeli bahan makanan segar yang bisa diolah menjadi beberapa menu dan cukup untuk makan 1 minggu. Kemudian, luangkan 1-2 hari seperti di akhir pekan untuk mengolah semua bahan makanan tersebut menjadi makanan siap santap yang disimpan dalam kulkas. Jadi, ketika ingin makan, tinggal dihangatkan di kompor atau microwave. Hemat waktu, uang, dan tenaga. 

Akhir kata, cara ini sangat bermanfaat untuk menentukan nilai suatu barang dan menghindari kalap berbelanja ketika ada diskonan. Namun, bukan berarti kamu dilarang membeli diskonan, ya. Selama kamu bisa memperkirakan barang tersebut bisa bermanfaat bagi kebutuhan sehari-hari, sangat diperbolehkan untuk dibeli.

Baca Juga:  NFT Itu Masa Depan Seni Digital atau Hanya Tren Sesaat?
Share this article