Ada yang lebih menakutkan dibandingkan suasana Halloween, yaitu masalah keuangan yang terus menghantui kaum milenial.
Atmosfer Halloween yang jatuh tiap tanggal 31 Oktober mulai terasa. Banyak film horor mulai bertebaran di TV dan bioskop. Dekorasi di pusat perbelanjaan pun dibuat bertemakan tokoh menyeramkan. Namun sebenarnya, ada yang lebih menakutkan dibandingkan suasana mengerikan Halloween tersebut, yaitu masalah keuangan yang terus menghantui kaum milenial.
Berbeda dengan generasi terdahulu, milenial cenderung mengalami masalah keuangan yang semakin beragam, mengingat mereka besar di era teknologi yang semakin pesat. Para milenial, tentunya kamu tidak mau kan terus dibayangi kesulitan finansial berikut ini?
Tekanan gaya hidup konsumtif
Generasi milenial terkenal selalu up to date dengan tren terkini. Mereka tak ragu mengeluarkan banyak uang untuk belanja produk fesyen atau kosmetik terbaru, gadget paling canggih, atau makan di cafe kekinian. Hal ini dipengaruhi oleh budaya digital dan internet.
Informasi yang didapatkan dari internet mempengaruhi keinginan seseorang untuk bisa mempunyai produk yang mereka lihat, dan membuat milenial merasa tertekan untuk ikut membeli barang-barang tertentu jika teman-teman di dalam lingkarannya menggunakan barang tersebut.
Pakar keuangan Zaafri Husodo mengatakan bahwa 60% gaji generasi milenial hanya digunakan untuk hura-hura, hang out, dan biaya konsumtif lainnya. Ironisnya, banyak milenial dengan kondisi pemasukan kurang mendukung, memaksakan keadaan untuk bergaya bak masyarakat kelas atas. Sehingga banyak dari mereka yang terbelit masalah keuangan di balik image kehidupan mewah yang ditampilkan.
Punya banyak utang yang sifatnya konsumtif
Kartu kredit bisa jadi alat pembayaran praktis dan meringankan kondisi finansial seseorang berkat layanan cicilannya. Namun, kartu satu ini bagaikan pisau bermata dua. Jika digunakan secara bijak, tentu akan bermanfaat. Sedangkan jika penggunanya tidak bisa menahan godaan konsumtif, kartu kredit bisa-bisa menjadi bumerang yang memicu banyaknya utang.
Dilihat dari kebiasaannya, sepertinya milenial lebih berpotensi untuk merasakan dampak yang kedua. Sebab, milenial lebih banyak menggunakan fasilitas kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan konsumtif.
Apalagi menurut hasil riset Brilio bersama JakPat juga menunjukkan mayoritas pengeluaran kartu kredit milenial tersalurkan untuk produk elektronik (27%), makanan dan minuman (25%), perjalanan wisata (23%), dan pembelian produk fesyen (15%).
Pengeluaran lainnya adalah langganan layanan musik dan video on demand (5%) dan lain-lain (4%). Riset tersebut menunjukkan bagaimana hal-hal konsumtif menjadi hal utama dalam gaya hidup milenial.
Bangkrut karena slogan “YOLO”
“You Only Live Once”, pastinya kamu para generasi milenial melekat sekali kan dengan slogan ini? Nikmati saat ini, karena esok punya kehidupannya sendiri, begitu katanya. Tapi jika dikaitkan dengan keuangan, apakah slogan ini tepat untuk diterapkan?
Menurut perencana keuangan Prita Ghodzie, sejalan dengan slogan YOLO, generasi milenial Indonesia kini lebih mengutamakan aktivitas leisure dan traveling ketimbang memikirkan kebutuhan jangka panjang seperti beli rumah. Meski begitu, tingginya keinginan mereka untuk melakukan aktivitas leisure dan traveling tak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan keuangan.
Akibatnya, kekhawatiran seperti tidak punya dana untuk membayar kebutuhan darurat, tidak bisa pensiun sesuai waktu yang diinginkan, tidak bisa memenuhi biaya hidup per bulan, diberhentikan dari pekerjaan, tidak bisa membayar utang, dan tidak bisa membeli rumah terus membayangi milenial.
Milenial jangan mau dihantui masalah keuangan. Yuk, mulai atasi sekarang!
Generasi milenial selalu disebut-sebut memiliki potensi untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi bangsa di masa depan. Untuk itu, sudah sepatutnya generasi milenial mulai mengatur keuangan dengan bijak. Tenang, mengatur uang tak sesulit kedengarannya kok. Melalui 3 cara mudah ini, kamu bisa jauh dari bayang-bayang seram masalah keuangan!
-
Ikuti akun media sosial yang memberikan edukasi keuangan
Media sosial memang dikatakan telah menciptakan generasi yang konsumtif dan terobsesi dengan menciptakan kehidupan yang sempurna. Untuk itu, mulailah batasi dirimu dalam menggunakan media sosial. Daripada mengikuti akun seleb media sosial yang penuh kemewahan, kamu bisa mulai mengikuti akun Instagram financial planner yang banyak memberi info seputar dunia keuangan.
-
Jangan besar pasak daripada tiang
Supaya pengeluaranmu tidak kebobolan, sebaiknya kontrol gaya hidup sesuaikan dengan isi kantong. Cegah keborosan dengan membuat alokasi pengeluaran. Tentukan dana di setiap pos-pos pengeluaran, dan sesuaikan dengan kebutuhan, bukan keinginan. Hindari memikirkan hidup seakan hanya untuk hari ini karena tak ada yang tahu persoalan apa yang akan muncul di masa depan.
-
Manfaatkan cicilan hanya untuk hal produktif
Tak ada salahnya untuk memanfaatkan fasilitas cicilan, selama itu untuk hal-hal produktif. Seperti membeli laptop atau kamera yang bisa menunjang pekerjaan misalnya. Dengan fasilitas cicilan, beban yang ditanggung jadi lebih ringan dibandingkan bayar langsung semua belanjaanmu secara tunai. Jangan lupa pilih cicilan dengan bunga ringan seperti yang ditawarkan Kredivo, layanan kredit online tanpa kartu kredit sekaligus pinjaman tunai, dengan bunga mulai dari 0% hingga 2,95% per bulan!